Sunday, August 13, 2017

Aga Kareba, Makassar?

Hollaaaa...

Berasa kayak band-band lagi konser keliling Indonesia, ya. Hahahaha..

Oktober 2016 lalu, gue dapat kesempatan untuk menginjakkan kaki di tanah Makassar, Sulawesi Selatan. Gue sih super super super excited. Soalnya, untuk di Indonesia, gue ga pernah keluar Pulau Jawa selain ke Bali dan Belitung. Makanya, meski ini adalah bagian dari dinas kantor, gue langsung mengiyakan tanpa banyak ba bi bu. Tugas dari kantor adalah meliput konsernya kakak Afgan yang sedang promosi album Sides miliknya. Maka, berangkatlah gue bersama Kak Ichmosa Rachmat (Mamat) sang fotografer handal, beserta rekan majalah lain (yang masih satu grup) Kak Naomi.

Konsernya jam 7 malem di dalem Trans Studio Makassar, tapi kami diberangkatkannya subuh. Huff agak ngantuk yeesssss 😪😪😪
Tapi dengan begitu, kami jadi punya waktu untuk mengeksplor Makassar. Yeay!

Thank to Kak Naomi yang udah prepared banget soal list tujuan yang harus didatangi. Ternyata list dia nggak beda jauh sama hobi gue, yaitu MAKAN! Tujuan pertama adalah Pallu Basa yang ada di Jl. Serigala No. 54. Isinya beberapa potong daging sapi dengan kuah warna coklat yang kaya akan rempah. Kalau merasa kurang, bisa juga nambah nasi dan telur, kayak Kak Mamat. Hahahak!


Penampakan Pallu Basa
Dari sana, kami lanjut mencari Mie Titi Panakukang di Jl. Boulevard No. 25, Masale. Spot ini sebenernya request khusus dari Kak Mamat. Bahkan sejak di-announce bahwa dia akan berangkat ke Makassar bareng gue, doi udah bawel banget mau makan Mie Titi. Maklum, waktu itu istrinya lagi hamil. Tapi kok malah suaminya yang lebih rewel yak. Kezeeellll...

Lalu tak sengaja, lewat depan rumahmu ada moda transportasi (caelah bahasanya) yang nongkrong depan kami dan melirik minta dipanggil. Bentuknya unik banget. Kayak becak, tapi bermotor. Ternyata bener sis, namanya bentor → singkatan dari becak motor. Halah, kek orang Sunda deh, suka nyingkat-nyingkat.

Tadaaa... Ini dia penampilannya

Tampak depan
Uniknya, bentor ini bisa angkut sampai 3 penumpang sekaligus, beda dengan becak yang hanya bisa 2 orang. Loh, 1-nya lagi taro dimana kalau bisa bertiga? Tenang, dibonceng di belakang si abang. Ahay!

Juga, karena kendaraan bermotor, sang abang tetap mematuhi peraturan. Jadi, doi tetep pake helm. Hehehehe...

Wefie dulu dong sebelum berangkattttt
Begitu sampai, langsung Kak Mamat memesan dengan mantap, "Mie Titi yang besar 1 ya!" Ada rekomendasi menu lainnya, yaitu Nasi Goreng Merah. Gue kira merahnya itu karena pake cabe. Kalau iya, tentu gue tolak. Tapi kata sang penjual, "Nggak, kok. Itu saus khas Makassar. Bukan cabe, jadi tidak pedas." Hmm.. Leh uga nih. Tapi karena sebenernya masih kenyang, gue akhirnya sharing berdua sama Kak Naomi.

Mie Titi idaman Kak Mamat

Sang bapak ngidam
Nasi Goreng Merah
Soal rasa,
1. Mie Titi → ternyata kayak Ifu Mie biasa, hanya ukuran mie-nya lebih kecil dan teksturnya sedikit lebih halus. Tapi sisanya sama, yaitu disiram dengan daging dan sayur-sayuran.
2. Nasi Goreng Merah → pun ternyata ya rasa nasi goreng biasa. Tahu kan?

Kelar dari sana, kami harus segera balik ke hotel buat siap-siap karena mau dijemput sama tim Afgan buat ngeliput doi. Ingeeettttt.... Ini kerjaaaaaaa

Selesai byar byur byar byur, kami langsung dijemput dan di-drop di venue, di Trans Studio Makassar deh.

Wefie-wefie gemash dulu 
Ternyata nunggunya lama uga ya, sampe sore




Nih si kakak. Bonus buat para Afganisme

Kelar liputan, balik ke hotel. Begitu sampe, ternyata ada yang seru, gengs! Ada perayaan Halloween ala-ala gitu. Greeter hotelnya didandanin yang serem-serem saat malam.

Yang dandan seram yg paling kanan dan tengah ya. Sisanya mukanya emang gitu!

Eits... Ternyata nggak cuma greeter-nya aja. Masih ada seru-seruan di rooftop. Bisa icip-icip snack bertema Halloween, dance music, bahkan sulap dan tarot reader. Nggak mau ketinggalan, tentunya Kak Mamat dan gue nontonin sulap singkat-yang-hampir-failed dan tarot reading.

Snack berbentuk mata

Ga tau apaan tapi bentuknya lucu

Kue coklat yang unyu juga


Wefie sama kang sulap dan kang tarot. Tapi blur bingits
Lelah dengan perjalanan hari ini, kami pun bobok dan sayang besoknya kami sudah harus pulang.


OLEH-OLEH
Oiya! Kami sempat beli oleh-oleh. Menurut warga sekitar, oleh-oleh khas Makassar itu:
1. Kacang Rempah Cap Ayam → kacang disco gitu. Terkenal seantero Makassar.
2. Sambal khas Makassar → menurut emak gue yang cukup suka sambel, sambel ini pedes banget!
3. Minyak tawon → gue ga beli soalnya harganya agak mahal, dan ga tau kepake ga di rumah. Kata bapak driver yang menemani kami di sana, minyak tawon ada 2 macem. Ada yang tutupnya warna merah dan putih. Yang 1 bisa diminum, yang 1 obat gosok. Tapi yang mana, gue lupa ehehehe
4. Sirup markisa → ini gue agak bingung sih. Markisa bukannya yang terkenalnya dari Binjai, Sumatra ya? Tapi, gue tetep beli sih hahahaha

Soal lokasi pembeliannya, sebenernya item-item yang gue sebutkan di atas relatif mudah ditemukan di toko mana aja. Salah satunya, toko yang lokasinya deket sama hotel gue, Melia Makassar. Namanya Toko Sama Sama. Hahaha unik emang.

Atau, warga sekitar juga merekomendasikan untuk ke Jl. Somba Opu. Sepanjang jalan kenangan itu memang jualan oleh-oleh. Mulai dari makanan, minuman, obat, kerajinan, pakaian, semuanya dah!

Tapi menurut pendapat pribadi, harga beberapa barang di Somba Opu lebih mahal, setidaknya kalau dibandingkan dengan Toko Sama Sama. Mungkin karena daerah ini turistik banget, ya. Jadi ya dimaklumi.

So, bye Makassar! Sampai ketemu lagi! Ciao!

No comments:

Post a Comment