Monday, July 15, 2013

Cory took the midnight train going anywhere

Yap, I'm officially a worker. Jakarta worker. Dan itu berarti kaki gue selalu terasa pegal banget begitu tiap kali nyentuh kasur. Kira-kira sama keadaannya seperti sekarang (banget).
Dan setelah baru aktif (lagi), blog ini kayaknya memang on-off fungsinya sebagai 'tempat sampah' deh. Sebenernya saya uda bukan anak abegeh yang butuh tempat curhat, yang malah pilih curhatnya di ruang publik kayak gini. I'm a professional. Trus, ini gue ngapain donk namanya kalo bukan curhat? Hmm.. iseng plus prihatian aja melihat nasib blog yang dulu gue buat dgn sepenuh hati.

Saya lagi sedih. Cory Monteith meninggal. Saya memang bukan his hard-core fans. Tapi saya Gleeks. Yang bikin shocked nya adalah ga ada yang ngira kalo yang meninggal itu beneran dia. Ga ada yang percaya, dan ga ada yang mau percaya. He's just way too young to go. Umur 31, man!

Saya ga pernah bisa tenang kalo ada yang meninggal, dan almarhum tersebut adalah orang yang saya kenal (at least, tahu). Selalu ada air mata yang berhasil keluar setiap kali berdiri di depan peti mati, bahkan ketika momen milik ayah dari teman kuliah (yang sebenernya juga ga deket banget).

Semua itu terasa seperti ada bagian yang hilang dari dalam diri saya. Hilang dan ga bisa diraih lagi. Karena itu pula, saya merasa takut. Takut ga lagi bisa memegang bagian yang pernah ada dalam hidup saya. Takut ga ada yang jawab ketika saya panggil namanya. Takut menyadari kenyataan bahwa dia ga bakal kembali lagi.

Saya bingung. Bingung, kenangan-kenangan manis itu harus diapakan. Saya ga mau mengganti kenangan lama yang terlampau manis itu dengan memori baru. Tapi saya juga harus menjalani hidup. Maka itu, saya bingung.

Kenapa kematian itu selalu menyakitkan?


Thursday, January 10, 2013

I Just Don't Like It Somehow

Terlalu egois ga sih, kalau alasan terhadap sesuatu 'cuma' karena "I just don't like it somehow" ?
Dan terlalu simple ga sih?


Ada banyak kesempatan manis yang g tolak mentah-mentah (well, utk sekarang ini, masih g pikirkan dan belum officially g tolak) dan g lewatkan begitu saja.
Ada kesempatan melanjutkan bekerja sebagai staff resmi di tempat magang terdahulu. Ada pula kesempatan untuk belajar bahasa asing di negeri tetangga. Gue belum memberikan lampu hijau ataupun lampu apapun kepada para penerima hak jawaban itu. Masalahnya, untuk dua hal yang g sebutkan di atas, the real and truly reason i have is: I just don't like it somehow. Tunggu dulu, gue bukan ga suka dengan ide besarnya (bekerja dan kuliah), tapi yang g ga sreg adalah materi atau subjectnya.

Banyak pihak di luar gue yang cukup gue hormati, memberikan berbagai respon dan jawaban yang sangat bijak. Baik itu menyarankan gue untuk menerima, tapi banyak juga yang setelah mendengar curhatan gue, malah menyarankan gue untuk bertanya ke dalam diri gue sendiri apa yang paling gue inginkan. Dan mereka (yang terakhir disebutkan) cukup menyemangati gue untuk mengejar apa yang ada di hati gue. "Masalah nantinya ternyata lo suka ato ga, at least rasa kepuasan lo terpenuhi dan lu uda ga bakal penasaran lagi. Dan ketika lo uda melakukan apa yang paling lu inginkan pas idealisme lo selangit, (walaupun misalnya elo emang ga cocok) ga bakal ada penyesalan macem 'kenapa gue ga coba pas dulu'," katanya.

Holy sugar! Gue bener-bener pusing sekarang. Gue diberikan banyak kesempatan ketika gue dalam keadaan tidak siap. Gue baru ngerasain betapa besar gesekan yang terjadi ketika akan memasuki dunia baru kayak gini.

Klise ga sih, kalau g bilang gue ga suka? Let me give an example. Gue ga bisa dan ga mau banget untuk berenang. Sampe suatu kali, gue akhirnya menuruti keinginan orang terdekat gue untuk belajar berenang. Alhasil, seluruh perlengkapan renang gue beli, mulai dari baju, kacamata, topi, dll. Dan itu semua ga murah lho, cong! Dan ternyata apa? Begitu nyemplung ke kolam buat latihan dengan trainernya, gue cuma les satu kali. Abis itu gue kabur, bukan krn gue ga bisa (ya emang ga bisa sih) tapi juga karena gue ga punya niatan sama sekali untuk mau bisa berenang. Sekarang, nasib tu semua peralatan gue anggurin di lemari, tuh.

Jadi sekarang kalau dikasih kesempatan untuk belajar di luar, tapi dengan subject yang gue unlike, gue harus gimana? Gue bisa aja defense dengan orang tua gue tentang alasan gue, tapi haruskah gue menghancurkan apa yang dulu pernah mereka kejar?