Monday, January 1, 2018

Jumanji Versi Modern: Hmm... Agak Gimana Ya...


Hello, 2018! Happy New Year everybadehhhh....!!! Selamat menyambut tahun baru!

Semoga di tahun yang baru ini, semua kebaikan terus terjadi dan kita bisa terus bertumbuh jadi pribadi yang lebih baik lewat segala ujian dan cobaan. AMINNNN!!!

So, kali ini gue mau coba review yang baru aja gue tonton, yaitu Jumanji: Welcome to the Jungle (2017). Soalnya, gue suka banget film pertamanya, Jumanji (1995). Otomatis waktu nonton film ini, gue langsung membandingkannya. Nah, seperti review pada umumnya, bakal ada spoiler-spoiler di tulisan ini. So, beware.

Menurut Wikipedia, film ini merupakan sekuel dari film pertamanya, karena mengambil latar waktu sesudahnya, yaitu tahun 1996 hingga sekarang.


Secara garis besar plot, film ini pun masih mengadaptasi plot film pertama. Yaitu, seorang anak menemukan board game Jumanji dan terjebak di permainan tersebut. Bedanya, kalau film pertamanya bentuk gamenya tradisional banget (board game), film yang ini bentuk gamenya modern (video games).

So, kita mulai aja review-nya:
1. More to action movie
Dibandingkan dengan film pertamanya yang penuh dengan petualangan, film versi modern ini lebih ke arah film action aja sih, menurut gue.
Jumanji 1995 VS Jumanji 2017
Menurut gue, itu karena di film pertamanya, para karakternya diceritakan nggak punya keahlian apa-apa. Mereka seperti kita aja, yang adalah warga jelata. Kalaupun mereka bisa mengalahkan musuhnya, itu karena mereka kepepet harus membela diri, makanya semua cara pun dilakukan. Yang nggak bisa, mau nggak mau jadi bisa.

Beda dengan film keduanya yang diceritakan masing-masing karakter memang punya keahlian. Ada yang jago bela diri, ada yang jago pengetahuan zoologi, ada yang jago baca peta, dan lainnya. Jadi meski mereka juga harus menyelamatkan diri dan sama-sama punya misi menuntaskan permainan Jumanji ini, taste-nya tetap beda. Malah menurut gue, sensasi adventurous-nya nggak terlalu kena. Ya karena itu. Udah punya keahlian, tinggal dimaksimalin aja.

2. Sosok Antagonis Van Pelt
Di kedua filmnya, ada sosok antagonis yang sama-sama dinamakan Van Pelt, meski kedua karakter ini ditokohkan dengan cara yang berbeda.

Buat gue, ini nggak masalah sih, dan bisa dimaklumi. Gue coba mengerti, mungkin sutradara/penulis skripnya nggak pengin penonton merasa bingung dengan kehadiran Van Pelt dari film pertama yang tiba-tiba muncul lagi di film kedua. Kalau hal itu beneran terjadi, mungkin malah bikin film ini jadi nggak make sense #sotoy

Nah, yang mau gue bahas di sini sebenernya soal kekuatan karakternya, karena jomplang banget. Di film pertama, tokoh Van Pelt itu bener-bener dibentuk sebagai tokoh yang ngeri banget. Gue aja sampe takut.

Van Pelt 1995 VS Van Pelt 2017
Dia bukan monster atau alien atau apalah yang bentuknya menyeramkan. Dia hanya orang biasa, yang berprofesi sebagai pemburu ulung yang nggak pernah melewatkan targetnya. Tapi meski begitu, dia bener-bener ngejer terus ke mana pun para karakter utama pergi. Jadi semacam merasa diteror gitu. Serem ye kannn....

Sedangkan di film keduanya ini, diceritakan Van Pelt-nya punya super power bisa mengontrol hewan-hewan yang ada di Jumanji, termasuk hewan buas. Trus, secara look juga dia agak nyeremin. Tapi yang terjadi, kok feel seremnya malah ga muncul ya? Cuma merasa dia itu jahat, tapi ya udah gitu aja. Ga gimana-gimana banget.

3. Kompleksitas Cerita

Jumanji 1995 VS Jumanji 2017
Film pertama Jumanji bisa dibilang punya cerita yang super kompleks. Intinya memang simpel, mereka harus menyelesaikan permainan. Tapi sepanjang proses itu, banyak banget rintangannya. Mulai dari karakter yang suka ilang-ilangan padahal harus lengkap 4 orang yang main, board game-nya yang tiba-tiba raib, rintangan yang harus diselesaikan masing-masing player, dikejer Van Pelt, sampai masalah keluarga.

Nah, hal ini sayangnya nggak terjadi di film keduanya. Di sini, mereka hanya harus menyelesaikan 3 rintangan, sambil sesekali dikejer Van Pelt. Itu pun mereka selalu stick together berempat dari awal sampe akhir, ga ada yang tiba-tiba menghilang. Hmm... jadinya datar aja kan ya.

Gue coba menelaah, apa mungkin durasinya yang nggak cukup? Ah, enggak juga ternyata.

Film pertama Jumanji berdurasi 104 menit, sedangkan film keduanya 119 menit. Itu berarti, film keduanya bahkan punya kuota durasi 15 menit lebih panjang dari film pertamanya. Jadi sebenernya, nggak ada alasan untuk bikin cerita ini jadi less complex karena terbentur durasi kan?

4. Jempol Buat Jack Black

Mungkin bisa dibilang, satu-satunya hal yang bikin gue terkesan dari film ini adalah aktingnya Jack Black.
Aktingnya kewlll
Agak mundur sedikit, para tokoh di dunia nyata kan ceritanya masuk ke dalam game Jumanji lewat video games. Nah, mereka menjelma sebagai karakter game yang sudah mereka pilih. Salah satu pemainnya yaitu Bethany, memilih karakter Prof. Sheldon, yang dalam dunia Jumanji diperankan oleh Jack Black.

Mari gue perjelas, Bethany itu ceritanya cewek. Sedangkan Prof. Sheldon yang dia pilih itu cowok. Otomatis, Jack Black sebagai Prof. Sheldon harus bergaya seperti cewek. Mulai nangkep kan maksudnyaaaaa?

Tapi yang gue acungi jempol adalah, Jack berhasil menampilkan sosok cowok yang fisiknya laki-laki tapi dalemnya perempuan, instead of bergaya seperti (maaf) bencong.

Jack nggak bergaya kemayu, yang jarinya sengaja dilentik-lentikin, atau pantatnya digoyang-goyangin, atau apalah.

Dia benar-benar berusaha menjadi cewek yang terjebak dalam tubuh laki-laki, meski aslinya dia beneran laki-laki. Hebat deh, menurut gue. Keren bingits!


OVERALL
Secara keseluruhan, film Jumanji: Welcome to the Jungle menurut gue dapat nilai 6 dari 10, karena Kevin Hart-nya lucu as usual. Dan, film ini banyak komedinya, since gue pencinta film komedi, Hihihi...

Kira-kira, itu review gue terhadap film ini. Kalau menurut kalian, film ini gimana? Tulis di kolom komentar, biar kita bisa saling tukar pikiran 😁

Ciao!

Foto:
Dok. Interscope Communications
Dok. Columbia Pictures

No comments:

Post a Comment